Bambang Haryanto


Kesan saya, saat pertama kali bertemu dan ngobrol denganya, BH adalah pria nyentrik namun rapi. punya sense of humor tinggi, berpengetahuan dan berwawasan luas namun ramah dan rendah hati.



-Komentar
-Baca Komentar



















































Siapa Bambang Haryanto (BH)?


Saya pertama kali kenal Bambang Haryanto (BH), pada malam tanggal 23 November 2004 yang lalu, di hotel Borobudur, Jakarta. Waktu itu, saya bersama 15 orang finalis, akan mengikuti presentasi Mandom Resolution Award (MRA) 2004, yang diselenggarakan olah PT Mandom Indonesia Tbk.

Saat acara Welcome Dinner (buffet), kebetulan saya duduk berdampingan dengan seorang pria paruh baya yang tampak lebih muda dibanding usianya. Perawakannya tinggi sedang, berkumis agak tebal, dengan rambut agak panjang diikat, dialah BH.
kebetulan juga saya dan BH, sama-sama mengenakan kemeja dengan warna dan motif yang sama (jangan-jangan merk-nya juga sama). Kemeja warna merah jambu dengan motif garis-garis lembut.

Sebelum makan malam, seluruh finalis (16 dari 20 orang), panitia dan perwakilan PT Mandom, satu-persatu saling memperkenalkan diri. Dengan serius masing-masing finalis memperkenalkan diri (menyebut nama dan daerah asal). Tibalah giliran BH. Awalnya dia memperkenalkan diri dengan mimik muka serius. Lalu dia mengakhiri ucapan perkenalannya begini, "Saya lahir di Indonesia, tapi status kewarga negaraan saya WNA (saya pikir Warga Negara Asing), 'WoNogiri Asli'." Kontan kami semua tersenyum bahkan ada yang tertawa ngakak mendengar guyonannya.
BH akhirnya menjadi salah seorang dari 10 pemenang MRA 2004, dengan resolusi: Sebagai pencetus Epistoholik Indonesia (komunitas jaringan penulis surat pembaca - letter of editor se Indonesia). Akan membangun sedikitnya 100 situs untuk memajang surat-surat pembaca karya warga EI.

BH itu penampilannya sedikit nyentrik tapi rapi. Sense of humour-nya tinggi, berpengetahuan dan berwawasan luas, namun ramah dan rendah hati.
Di balik penampilannya yang serius tapi santai, BH yang peraih dua MURI (Museum Rekor Indonesia) itu, ternyata sangat piawai dan produktif menulis. Tulisannya tertuang di berbagai surat kabar (terutama rubrik Surat Pembaca) dan di beberapa blog yang dikelola bersama jaringan epistoholiknya. Wawasan dan pengetahuannya yang luas berkat kegemarannya melahap buku-buku bermutu, sangat mendukung selera menulisnya yang tinggi. Tulisan-tulisannya spontan, kritis, tajam, menohok, namun terkesan jenaka.

Saya sendiri baru tahu selera menulisnya yang luar biasa itu dari kiriman-kiriman emailnya yang hampir selalu panjang lebar, namun enak dibaca dan tidak membosankan. Tulisan-tulisannya selalu memaksa saya untuk tersenyum bahkan tertawa lebar. Saya pernah menerima kiriman email yang panjangnya sampai 13 halaman lebih.

Saya juga pernah meminta saran dan masukannya tentang suatu masalah, dan saya menerima balasannya sepanjang 6 halaman. Saran dan masukan yang disampaikannya sangat valid, namun tidak sok menggurui, bahkan terkesan sangat rendah hati.
Karena selera menulisnya yang "tak ada matinya" itu, saya menjulukinya "Si kereta api ekspres".

Dengan alasan itu pula saya meminta sang epistoholik ini untuk mengelola salah satu kolom di Sivalintar. BH pun berkenan memenuhi permintaan saya. Mulai sekarang, BH akan mengelola kolom khusus di Sivalintar dengan judul: "Impian-impian di Balik BH". Dan Insya Allah setiap pekan, tulisan-tulisan segarnya akan menghiasi kolom ini.

Dengan membaca buah tanganya, Anda sekalian akan mengenal lebih dalam siapa dan bagaimana pria yang masih membujang ini.
Saat Anda membaca tulisan-tulisannya, Anda bisa merenung, mengernyitkan dahi, atau tersenyum bahkan tertawa ngakak. Tidak percaya? Silakan coba.

Jika Anda ingin konsultasi, berkomunikasi atau sekedar ngobrol dengannya, silakan kontak emailnya: humorliner@yahoo.com, atau melalui email: info@sivalintar.com.


Subang, Akhir Mei 2005
Tarjum


    [ Kembali ]