SEPULUH MANFAAT "DIARY" BAGI SAYA


Pertama, catatan harian ibarat lapangan untuk melatih potensi-potensi indra lahir dan batin saya dalam bertafakur. Dengan menuliskan sesuatu, saya harus mengumpulkan seluruh informasi yang bergentayangan dipikiran dan perasaan saya dan kemudian berusaha keras memusatkan seluruh "daya batin" yang saya miliki untuk hanya tertuju pada apa yang ingin saya tuliskan.

Kedua, catatan harian merupakan stasiun pemberhentian sejenak untuk merumuskan sesuatu yang mengesankan, menarik, atau perlu ditindaklanjuti lebih jauh. Apa sih yang telah saya lakukan kemarin? Apa ya, kira-kira, yang ingin saya lakukan besok? Sejauh mana saya mengenal lingkungan kerja saya? Apa ciri-ciri penting, yang pernah saya temui?

Katiga, catatan harian dapat digunakan sebagai alat bantu untuk meningkatkan daya pemahaman akan suatu masalah atau hal baru. Setiap hari, mungkin bahkan setiap detik, saya senantiasa menerima hal baru yang datang dari sumber-sumber berita yang tak terbayangkan jumlahnya dan tidak terduga wujudnya. Dengan menuliskan hasil-hasil pemahaman saya, saya merasakan sekali bahwa pemahaman saya menjadi lebih kuat, jelas, dan mantap, serta saya kemudian dapat bersikap secara lebih meyakinkan.

Keempat, catatan harian juga dapat membantu saya dalam memetakan masalah yang saya jumpai sepanjang hari. Menuliskan sesuatu ibarat mengelompok-kelompokan sesuatu tersebut menjadi wujud-wujud yang kelihatan dan tertata. Saya lalu dapat memprioritaskan mana yang harus saya selesaikan lebih dahulu dan mana yang dapat saya tunda penyelesaiannya. Dengan terbentuknya kelompok masalah, misalnya, jalan untuk menuju pemecahan yang manjur menjadi lebih mudah saya temukan.

Kelima, catatan harian mengajak saya untuk, secara serius, bermain di wilayah batin, di sudut-sudut terdalam dari diri saya. Saya dibantu sekali untuk menyelami apa yang ada "didalam" apa yang benar-benar saya rasakan. Apakah saya memahami perasaan saya? Apakah saya benar-benar menginginkan sesuatu dan bertekad memenuhi keinginan saya tersebut? Seberapa jauh "yang ada didalam" benar-benar saya wujudkan secara sama persis saat berada "diluar".

Keenam, catatan harian memotivasi saya untuk belajar mengonkretkan sesuatu. Apakan yang saya inginkan itu nyata? Dengan menumpahkan perasaan dan pikiran saya dalam bentuk tulisan, saya seperti hidup didunia nyata yang sejati. Saya dapat membaca dan merasakan secara berulang-ulang apa-apa yang selama ini hanya tersimpan dibenak saya.

Ketujuh, catatan harian juga secara kukuh mendorong saya untuk mau peduli kepada diri saya. Siapa yang dapat saya harapkan mau peduli kepada diri saya kecuali saya sendiri? Dengan menuliskan keadaan saya baik saat dalam kegelisahan maupun kebahagiaan secara tertata dan teratur, saya lalu sadar bahwa banyak hal yang harus saya pedulikan dari diri saya. Mungkinkah saya dapat memedulikan orang lain sebelum saya memedulikan diri saya sendiri?

Kedelapan, catatan harian, ternyata mengajak saya untuk mengenal diri saya secara detail dan tidak main-main. Setelah saya dapat peduli terhadap diri saya sendiri, tentulah kemudian saya dapat memahami detail-detail kehidupan saya. Saya dapat mengenang kapan saya "dihantam badai" masalah dan kapan saya dapat bersyukur karena dianugerahi sepotong kebahagiaan. Itu semua dapat saya pahami detailnya dari catatan harian saya.

Kesembilan, catatan harian, jelas, "mengikat" janji dan tekad saya. Dari mana saya dapat memperoleh jaminan bahwa saya dapat secara konsisten dan berdisiplin memenuhi janji-janji saya kepada diri saya sendiri? Misalnya, saya berjanji akan bangun setiap pagi pada pukul setengah lima pagi dan belorah raga secara rutin pada setiap pagi tersebut. Apakah saya mampu "mengikat" janji saya tanpa menuliskan secara jelas kapan janji saya tersebut saya keluarkan? Catatan harian memberi makna tergadap janji saya tentunya, lebih-lebih lagi, apabila saya berjanji dengan orang lain.

Kesepuluh, catatan harian, jelas sekali, merupakan wadah untuk berlatih menulis atau melakukan sesuatu secara sungguh-sungguh. Dari mana dan dalam wujud real yang bagaimana sebuah kesungguhan itu dapat diukur dan dirasakan? Bagi saya, ukuran yang paling mudah dan kentara sekali mengenai kesungguhan ini adalah apabila dimanifestasikan dalam bentuk tulisan. Kesungguhan berpikir akan terlihat secara nyata apabila diiringi dengan menuliskan apa-apa yang sedang dipikirkannya. Kesungguhan janji akan terpenuhi apabila tercatat dalam bentuk tulisan.





  Home  |  < Kembali
[ iib ]