Curhat |
Saya CL tinggal di Surabaya. Sejak kecil saya selalu minder terhadap semua orang terutama
cowok. Saya ingin seperti orang lain menjadi diri sendiri, apa adanya. Namun saya selalu
memiliki kecenderungan takut dan selalu terlihat bloon terhadap orang lain sehingga saya selalu
melakukan kebodohan atas hal-hal yang mudah dilakukan oleh orang lain/normal.
Gimana, ya, mbak atau mas cara ngilangin penyakit yang sudah kronis ini? Saya selalu mempunyai
keinginan yang besar untuk mencoba les atau kursus, tapi pergi ke tempatnya untuk mencari
informasi saja saya takut. Masuk ke gedungnya saja saya takut terlihat bloon dan membayangkan
nantinya menjadi murid yang paling payah.
Untuk itu saya mohon masukan yang bersifat praktik nyata. (Maaf) nasihat seperti: "jangan
memandang rendah diri sendiri, be your self, nobody's perfect, etc..." sudah basi. Saya
sudah baca dari majalah-majalah sejak SMP. Saya berharap ada yang bisa membimbing saya, tapi
saya tidak bisa (tidak mau) membahasnya dengan ortu yang lebih banyak kasihan pada saya. Padahal
saya bukan mahluk yang perlu dikasihani!
|
Demikian penuturan seorang remaja di rubrik Curhat harian KOMPAS (8 Agustus 2003).
Yang menarik dari penuturan si remaja berinisial CL tersebut adalah permohonanya:
"Saya mohon masukan yang bersifat praktik nyata....."
Bisa dipahami permohonanya, karena kita (termasuk saya sendiri) sering dibuat bingung oleh
banyaknya artikel (di majalah dan surat kabar) dan buku-buku pengembangan diri. Artikel
dan buku-buku tersebut biasanya mengajarkan tip, trik atau kiat agar kita lebih percaya diri, optimistis,
dan selalu berpikir positip dalam menyikapi dan menghadapi berbagai problem kehidupan. Dengan
dasar teori dan sudut pandang pendekatan yang berbeda-beda, juga tak lepas dari subyektifitas
si penulisnya sendiri tentunya.
Pengalaman saya sendiri, saat membaca buku-buku self helf (membantu diri sendiri), yang paling saya sukai adalah
bagian yang menceritakan kisah/pengalaman hidup seorang tokoh. Kisah perjuangan hidup seorang
tokoh dalam mengatasi problem-problem kehidupanya, hingga akhirnya meraih sukses.
Dengan membaca kisah-kisah semacam itulah saya bisa belajar dari pengalaman kegagalan dan
kesuksesan orang lain, dan menjadikanya sebagai bahan perbandingan dengan pengalaman saya
sendiri.
Dr. Windy Dryden dan Jack Gordon dalam bukunya Think Your Way to Happyness, menyarankan
kepada pembacanya untuk melakukan beberapa latihan praktis yang disebutnya sebagai 'latihan-latihan
mengalahkan rasa malu'.
"Latihan-latihan tersebut dirancang untuk membuat Anda bertindak melawan sikap-sikap Anda
yang menciptakan malu dan kebingungan yang sudah demikian melekat pada diri Anda untuk waktu yang
lama, yang membuat Anda tidak bisa melakukan banyak hal yang sebenarnya ingin Anda perbuat karena
Anda menganggapnya terlalu memalukan atau membingungkan.
Ada dua tujuan dari latihan-latihan ini. Pertama, dengan melaksanakan latihan-latihan ini
memberikan pada Anda suatu pengalaman belajar yang membuktikan bahwa tidak ada apapun yang
menakutkan akan menimpa diri Anda jika orang-orang menertawakan Anda atau menunjuk Anda dan
menggeleng-gelengkan kepala mereka. Kedua, dengan melakukan latihan-latihan tesebut memberikan
pada Anda kesempatan untuk menerima diri Anda sebagai manusia yang mudah berbuat salah di
hadapan kritik-kritik dari orang lain terhadap Anda." tulis Dr. Windy dan Jack Gordon.
Salah satu contoh latihan:
'Latihan Mengalahkan Rasa Malu' |
Masuklah ke sebuah supermarket dengan berpakaian aneh.
Sekarang ini, apa yang dianggap
sebagai pakaian aneh di suatu daerah mungkin merupakan hal yang biasa di tempat lainya.
Maka gunakanlah akal Anda. Bila Anda seorang pria, kenakanlah wig wanita, pakailah ikat
leher dari bahan yang berwarna-warni. Lalu berjalanlah bolak-balik dalam supermarket tadi
untuk selama sedikitnya sepuluh menit pada saat banyak pengunjung sedang berbelanja. Bila
orang-orang tersebut menertawakan Anda, biarkanlah! Yakinkanlah diri Anda bahwa walaupun
Anda kelihatanya tolol, hal itu tidaklah berarti Anda seorang yang dungu. Perlihatkan diri
Anda bahwa apapun pendapat orang-orang mengenai perilaku Anda, Anda tidak harus meremehkan
diri Anda sendiri, meskipun Anda bisa memakluminya bahwa perilaku Anda mungkin merupakan
bahan tertawaan.
|
Anda berani melakukanya?
Silahkan coba!
|