Bambang Haryanto


Kesan saya, saat pertama kali bertemu dan ngobrol denganya, BH adalah pria nyentrik namun rapi. punya sense of humour tinggi, berpengetahuan dan berwawasan luas namun ramah dan rendah hati.


-Komentar
-Baca Komentar





































































































































































Menulis Impian

Oleh : Bambang Haryanto



NASEHAT DALE CARNEGIE. Anda pernah bergabung dalam aktivitas MLM, multi level marketing ? Karena ajakan teman, seperti proses rekrutmen yang biasa dalam bisnis ini, saya sempat mencicipi suasana interaksi antarmereka. Saya mengikuti pertemuan kalangan pebisnis MLM yang menjual produk-produk Amway, di Gedung YTKI, Jl. Gatoto Subroto, Jakarta Selatan. Saat itu tahun 1996.

Suasana pertemuan malam itu nampak bergairah. Banyak tepuk tangan. Orang berpidato silih berganti, semuanya bernada sama bahwa melalui jalan Amway-lah maka sukses dalam hidup akan diperoleh para pelaku bisnis ini. Baik kelimpahan uang, memiliki benda-benda idaman seperti rumah, mobil, serta pelesir ke luar negeri. Inilah janji-janji yang biasa Anda temui dalam bisnis MLM ini.

Yang paling saya ingat malam itu adalah nasehat seorang dari mereka, bahwa agar motivasi pelaku bisnis MLM senantiasa tinggi, maka individu yang bersangkutan harus senantiasa pula memotivasi diri dengan membaca-baca buku. Beberapa judul buku populernya Dale Carnegie ia sebut. Sulitnya, kata dia, kita harus membaca-baca buku tersebut setiap hari. Setiap hari. Setiap hari. Setiap hari !

Atas bujukan teman, saya lalu mengikuti pertemuan pebisnis Amway yang lebih kolosal lagi. Kali ini di Istora Senayan, Jakarta. Dalam upaya menjalin hubungan atau kenalan baru, saya sempat mengobrol sana-sini. Tetapi teman saya tiba-tiba memberikan peringatan bahwa saya diseyogyakan untuk tidak mengobrol dengan orang lain yang tidak berada dalam cluster, kelompok upline-downline, yang sama. Hal ini saya anggap sebagai sesuatu keanehan. Sedikit banyak mengurangi selera saya untuk melanjutkan upaya bergabung dalam lingkaran bisnis MLM ini.

Akhirnya saya tidak jadi bergabung dalam bisnis MLM ini. Tetapi dari konvensi di Istora Senayan tersebut saya membawa oleh-oleh nasehat dari seseorang yang diangggap memiliki kasta tinggi dalam bisnis MLM. Ia menasehatkan : tulislah impian Anda !

PESONA OKKY ASOKAWATI. Kenangan mencicipi suasana bisnis MLM tersebut mekar kembali ketika membaca profil peragawati terkenal, Okky Asokawati, saat ia meluncurkan buku biografinya (Kompas, 8/4/20050. Lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia itu berkata, "Saya punya kebiasaan menulis impian saya dalam dream book, saya tempeli gambar-gambar. Radar otak kita akan bergerak ke arah impian itu". Konon, sebagian besar impian itu kini sudah menjadi kenyataan.

Tahun 1996, saya juga memiliki dream book, buku impian tersebut. Isinya saya tuliskan pada hari Minggu, 13 Oktober 1996. Mari Anda saya ajak untuk melongoki isi dari buku impian saya tersebut dan kenyataan yang saya temui dalam hidup saya hari-hari ini.

Sampulnya saya tempeli guntingan iklan (kalau tak salah dari majalah bisnis Fortune), yang berisi teks berbunyi : SOMETIMES WHEN YOU HAVE A GREAT IDEA YOU WANT TO TELL THE WORLD. Tatkala Anda Memiliki Ide Besar Anda Ingin Mengatakannya Kepada Dunia.

Impian itu kini sudah menjadi kenyataan. Sejak tahun 2003, saya mengelola situs blog di Internet, sebagai sarana saya untuk mempublikasikan gagasan-gagasan saya kehadapan dunia.

Di bagian dalam sampul itu lalu terdapat guntingan iklan lagi, berbunyi : To Reach New Heights, It Is Often Better To Have A Partner. Untuk Meraih Ketinggian Yang Baru, Seringkali lebih Baik Bila Anda Memiliki Mitra.

Ajaran yang bagus. Walau bukan dalam bentuk ikatan yang formal, kini saya selalu mengembangkan mitra-mitra baru, untuk berbagi wawasan, untuk bisa saling menyemangati. Termasuk pula dalam menulis untuk kolom ini.

HALAMAN PERTAMA BUKU IMPIAN SAYA, ada tiga ilustrasi foto. Ada foto kartu kredit Amex. Saya menempelkannya, kok bisa ya, ternyata terbalik. Apa karena pemasangannya terbalik itu hingga sampai saat ini impian untuk memiliki kartu kredit itu tidak kesampaian.




IMPIAN TAK SAMPAI.Keinginan memiliki kartu kredit, menikmati wisata romantis di pantai dan terbang keluar negeri, merupakan sebagian impian yang saya tulis di tahun 1996. Sebagian besar belum kesampaian.


Foto kedua adalah pemandangan tipikal suatu resor di tepi pantai. Ada kolam renang, airnya membiru, matahari cerah, pohon palma melambai, pasir memutih, kursi-kursi malas, dan sepasang pria-wanita bergandengan tangan menuju bibir pantai. Impian yang belum kesampaian.

Foto ketiga, logo maskapai penerbangan Delta Air Lines. Inilah maskapai penerbangan Amerika Serikat, yang punya semboyan : We Love To Fly And It Shows. Impian untuk naik pesawat terbang Amerika Serikat, belum juga kesampaian. Tetapi terbang keluar negeri, sudah saya lakukan tanggal 15 Januari 2005 yang lalu. Ke Singapura !

HALAMAN KEDUA BUKU IMPIAN SAYA berisikan foto dua orang eksekutif, satu bule dan satunya kulit hitam, sedang membincangkan sesuatu yang terpampang dalam monitor komputer mereka. Gambar itu saya maknai sebagai impian saya untuk terlibat dalam kontak komunikasi secara elektronik bermediakan komputer. Impian itu sebenarnya telah terealisasikan pada tahun 1996 pula. Dalam suatu pameran komputer oleh IBM, di Bapindo Plaza, saya telah terakses ke situs web Olimpiade Atlanta 1996, lalu mengirimkan email untuk mendukung atlet-atlet kita Susi Susanti, Alan Budikusuma, Ardy Wiranata, Rexy Mainaky, Ricky Subagdja, sampai Krishnabayu, yang sedang berlaga di Atlanta tersebut. Saya mengetiknya masih awam, karena belum bisa menggunakan tombol-tombol keyboard secara benar. Baru pada tahun 1998, saya bisa memiliki email pribadi untuk pertama kali : bambangharyanto@hotmail.com yang kini tidak aktif lagi.

HALAMAN KETIGA BUKU IMPIAN SAYA, pada foto pertama menampilkan layar komputer yang menunjukkan menu dari jasa penyedia akses Internet, RadNet, Jakarta.

Itulah impian saya saat itu : ingin terkoneksi dan memanfaatkan Internet. Saya mengenal Internet dari majalah Fortune (1995) di Perpustakaan Pusat kebudayaan Amerika, lalu bisa menonton Internet pada pameran komputer di Balai Sidang, tahun 1995 itu pula. Saya temui saat itu stand kecil, milik IndoInternet, dan hanya tersedia satu laptop. Tampilan layarnya hanya berisi kata-kata, sebab situs web yang multymedia (gambar dan teks) temuan Tim-Berners Lee belum tampil dalam format yang sempurna.

Impian untuk memperoleh akses Internet itu jadi kenyataan justru di Solo, tahun 1998, di Warnet BumiNet, beberapa hari sebelum Solo dilanda kerusuhan 13-14 Mei 1998. Saat itu saya meluncurkan gagasan, melalui surat-surat pembaca di media massa, untuk membangun komunitas Wong Solo di Internet. Hal yang sangat mengejutkan, juga menggembirakan, ada sesorang ibu asal Semarang, familinya banyak di Solo, tetapi ia sudah lama tinggal di California (AS) dan menyatakan diri ingin bergabung dalam komunitas yang saya angankan itu.

Foto kedua, adalah foto komputer. Ya, saya neninoikan untuk memiliki komputer. Tahun 1999 ketika masuk final dalam Lomba Karya Tulis Teknologi Telekomunikasi dan Informasi (LKT3I) III/1999 yang diselenggarakan oleh PT Indosat, saya memimpikan merebut juara pertama, hingga uangnya bisa untuk membeli komputer. Ternyata saya hanya merebut Juara Harapan I, uang hadiahnya tak cukup untuk beli komputer, tetapi cukup untuk beli kompor. Ya sudahlah, saya beli saja kompor Butterfly itu.

Realisasi memiliki komputer terwujud pada tahun 2002. Gara-gara saya menang dalam The Power of Dreams Contest 2002 yang diadakan oleh PT Honda Prospect Motor. Saya pun mengamuk, sekaligus memiliki 3 komputer : desktop, laptop dan PDA !

HALAMAN KEEMPAT BUKU IMPIAN SAYA, berupa foto seseorang eksekutif sedang menggunakan telepon seluler dan juga tempelan foto tampang dari telepon seluler ber-merk Motorola tersebut. Impian memiliki handphone itu baru terlaksana, baru-baru saja, bulan Februari 2005.

HALAMAN KELIMA BUKU IMPIAN SAYA, adalah foto sebuah PDA (Personal Digital Assistant), atau komputer genggam. Merk-nya Newton, keluaran Apple Computer. Foto keduanya adalah seorang wanita muda, cantik, sedang menelpon dengan PDA tersebut.

Impian untuk memiliki PDA, sudah kesampaian pada tahun 2002. Tetapi sial merundung saya, PDA saya itu hilang saat saya melakukan tur sebagai football flaneur, alias turis suporter sepakbola, ketikat mendukung Tim Nasional Indonesia di Final Piala Tiger, 16 Januari 2005, di Singapura. Sedang si wanita cantik itu, entah siapa hari ini. Saat ini saya lagi mabuk, naksir berat kepada seorang reporter televisi yang cantik sekali, bernama Erika, tetapi ia hanya sporadis menelpon saya dengan Communicatornya.

HALAMAN KELIMA BUKU IMPIAN SAYA, ada foto tiga mobil mewah. Ada BMW, berwarna perak, Mercedes Benz warna biru, dan satunya lagi tak jelas mereknya, berwartna merah. Impian memiliki mobil-mobil tersebut, masih jauh di awang-awang hingga saat ini.

Saya bersyukur, walau tidak cepat-cepat amat, beberapa impian tahun 2006 itu kini menjadi kenyataan. Pada halaman belakang buku impian saya tersebut saya tempeli iklan dari arloji sport terkenal, TagHeuer. Ada slogan hebat yang menyertainya, berbunyi : SUCCESS. IT'S A MIND GAME. Keberhasilan. Adalah Permainan Pikiran.

Kalau Anda menyetujuinya, silakan kini Anda menuliskan semua impian Anda, dalam buku impian Anda. "Radar otak kita akan bergerak ke arah impian itu", kata Okky Asokawati. Kini pun saya menuliskan lagi impian terbaru saya : sebagai stand-up comedian. Silakan klik Komedikus Erektus ! untuk mengetahuinya lebih lanjut.
Bagaimana dengan Anda ?

Wonogiri, 26 April 2005


    [ Kembali ]