Saran Ahli

Hampir 26 tahun pertama dalam kehidupannya, David menyimpulkan dirinya sebagai manusia yang paling tersisih di dunia. Pasalnya sepele gara-gara ketidakmampuannya bergaul. Penampilan pisiknya yang tidak menarik, di samping latar belakang keluarganya yang agak kolot. Dan ia merasa semakin sulit saja menyesuaikan diri dalam lingkungan teman-teman sebayanya. David berpikir ia tidak akan pernah berkembang. Lantas ia menghibur diri dengan berkesimpulan bahwa ia memang tidak ditakdirkan seagai orang dari kalangan "menonjol". Namun ia tidak bepasrah diri terhadap kenyataan. Ia berusaha bangkit, belajar dari banyak kegagalan pengalaman orang lain.



Tahukah Anda, siapa dia? Dia adalah David. H. Burns, ketua Behavioral Science Research Foundation dan Direktur The Institut For Cognitive and Behavioral Therapies di pusat kedokteran Universitas Presbyterian Pennsilvania.

Apa gerangan ikhwal mengganjal yang kebanyakan diderita para pemalu dan kaum kesepian?

Hasil pemantauan Burns terhadap pasiennya menunjukkan, kelainan fisik ternyata sangat mengganggu. Baik itu berupa hidung yang bengkok, buah dada yang kekecilan, atau paha yang ceking. Mereka menduga cacat 'berat' itu membuat orang tidak menyukai mereka. Celakanya pikiran mengusik semacam itu tumbuh menjadi preseden untuk tidak berkencan misalnya. Padahal merekalah sebenarnya yang tidak berani menghadapi kenyataan.

Saran Burns

Kaum pemalu dan kesepian akan terus tertekan sepanjang hidup, selama tidak ada usaha belajar mencintai diri sendiri, dan berupaya menyukai dan menghargai orang lain. Maka, ia harus mulai menatap situasi dengan cara yang lebih positif dan realistis. Masalahnya, sekali ia mulai merasa lebih percaya diri, orang lain akan merasa (menilai) lebih baik. Ia akan masuk siklus suasana hati yang positif. Dan meningkatnya harga diri berarti membuka peluang dalam sukses yang lebih besar.

Kesepian bukan suatu yang patut dihindari, memang. Ia dapat diatasi dengan terapi kognitif. Orang harus mulai belajar dan mengkaji potensi dirinya, melakukan monolog sehingga bisa diketahui rasa takut yang sebenarnya. Dan dari situ, Anda akan menyadari betapa tidak rasionalnya rasa takut itu. Sebab, yang Anda takuti tak lain adalah diri Anda sendiri. Repleksi semacam itu bakal menyadarkan Anda, "Saya menjadi gugup dan bingung, dan hal itu sungguh menjengkelkan" Ya, betul. Dan buatlah prasangka untuk mengenali gejalanya --bahwa gugup adalah suatu yang manusiawi saja.

Maka, seseorang yang takut gagal sebenarnya memerlukan pengalaman gagal sebanyak-banyaknya. "Praktik kegagalan" ini membuahkan banyak hasil. Bila ia gagal berulang kali, ketakutan akan gagal cenderung lenyap, "Karena ia akan mengetahui bahwa sungguh tetap hidup dan dunia benar-benar tidak kiamat."

Irsyad M, resensi buku "Mengapa Kesepian",
Sarinah 30 Januari 1989.