Tahukah Anda, siapa dia? Dia adalah David. H. Burns, ketua Behavioral Science
Research Foundation dan Direktur The Institut For Cognitive and Behavioral
Therapies di pusat kedokteran Universitas Presbyterian Pennsilvania.
Apa gerangan ikhwal mengganjal yang kebanyakan diderita para pemalu dan kaum
kesepian?
Hasil pemantauan Burns terhadap pasiennya menunjukkan, kelainan fisik
ternyata sangat mengganggu. Baik itu berupa hidung yang bengkok, buah dada yang
kekecilan, atau paha yang ceking. Mereka menduga cacat 'berat' itu membuat orang
tidak menyukai mereka. Celakanya pikiran mengusik semacam itu tumbuh menjadi
preseden untuk tidak berkencan misalnya. Padahal merekalah sebenarnya yang tidak
berani menghadapi kenyataan.
Saran Burns
Kaum pemalu dan kesepian akan terus tertekan sepanjang hidup, selama tidak ada usaha belajar
mencintai diri sendiri, dan berupaya menyukai dan menghargai orang lain. Maka, ia harus
mulai menatap situasi dengan cara yang lebih positif dan realistis. Masalahnya, sekali ia
mulai merasa lebih percaya diri, orang lain akan merasa (menilai) lebih baik. Ia akan masuk
siklus suasana hati yang positif. Dan meningkatnya harga diri berarti membuka peluang dalam
sukses yang lebih besar.
Kesepian bukan suatu yang patut dihindari, memang. Ia dapat diatasi dengan terapi kognitif.
Orang harus mulai belajar dan mengkaji potensi dirinya, melakukan monolog sehingga bisa
diketahui rasa takut yang sebenarnya. Dan dari situ, Anda akan menyadari betapa tidak
rasionalnya rasa takut itu. Sebab, yang Anda takuti tak lain adalah diri Anda sendiri.
Repleksi semacam itu bakal menyadarkan Anda, "Saya menjadi gugup dan bingung, dan hal itu
sungguh menjengkelkan" Ya, betul. Dan buatlah prasangka untuk mengenali gejalanya --bahwa
gugup adalah suatu yang manusiawi saja.
Maka, seseorang yang takut gagal sebenarnya memerlukan pengalaman gagal sebanyak-banyaknya.
"Praktik kegagalan" ini membuahkan banyak hasil. Bila ia gagal berulang kali, ketakutan akan
gagal cenderung lenyap, "Karena ia akan mengetahui bahwa sungguh tetap hidup dan dunia
benar-benar tidak kiamat."
Irsyad M, resensi buku "Mengapa Kesepian",
Sarinah 30 Januari 1989.