Dalam hidup sehari-hari, kita sering mendengar ungkapan atau anjuran untuk
menerima diri sendiri apa adanya,
siapapun kita. Anjuran ini terdengar romantis dan indah. Terkesan
nyata sekaligus maya.
Menurut John Powell dalam bukunya Happiness Is an Inside Job, menerima diri
sendiri mengandung arti kepuasan yang penuh suka cita menjadi saya.
Tanda-tanda menerima diri sendiri itu bisa dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Ada 10
tanda yang menurut John Powell tampak dalam diri orang-orang yang menerima
diri mereka seperti apa adanya.
Dengan mengetahui tanda-tanda ini, kita (terutama saya) bisa belajar untuk menerima diri sendiri
apa adanya, siapapa pun kita. Cantik atau jelek, pintar atau bodoh, atau biasa-biasa saja.
- Selalu bahagia
Bahagia disini dalam pengertian tidak membandingkan dirinya dengan orang lain. Para ahli
mengatakan, dengan membandingkan diri berarti matinya rasa kepuasan diri yang sejati.
Dia tidak mengandalkan kebahagianya pada orang lain. Di dunia ini, tak ada sorang pun
yang bisa sungguh-sungguh membuat kita bahagia atau sungguh-sungguh membuat kita tidak
bahagia. Dengan kata lain, dia tidak mencari kebahagiaan itu di luar karena kebahagiaan
adalah kerja batin. Kebahagiaan adalah suatu hasil dari mengerjakan sesuatu yang lain.
Jika saya mau menjadi orang bahagia, saya harus belajar menjadi bahagia dengan apa dan
siapa adanya diri saya.
Pada orang yang menerima diri apa adanya, tidak banyak hal yang membuatnya tidak bahagia.
Jika ada orang yang mengritik atau tidak simpati kepadanya, orang yang menerima diri akan
menganggap, itu hanya masalah komunikasi saja. ia akan menganggap orang yang mengritiknya
mempunyai masalah pribadi sehingga bukanya harus dimarahi, tapi justru harus dikasihani.
- Mudah bergaul dengan orang lain
Semakin besar rasa menerima diri sendiri, kita semakin senang berada di tengah orang lain
karena kita merasa, orang-orang itu juga akan menerima kita, akan senang bersama kita.
Perasaan ini mambuat kita masuk ke ruang yang penuh orang degan rasa percaya diri.
Kita menganggap diri kita sebagai pemberian untuk diterima orang lain dan orang lain
sebagai pemberian untuk kita terima dengan lemah lembut. Tapi, disaat bersendiri, orang
yang menerima diri apa adanya juga tetap gembira. Keadaan yang tidak ada orang lain itu
terasa damai dan tenteram baginya. Sebaliknya, bagi yang tidak menerima diri sendiri,
keadaan sendiri itu berarti sepi dan memedihkan. Orang yang sendiri, kesepian, kosong,
akan mencari penangkal-penangkal kesepian.
- Terbuka untuk dicintai dan dipuji
Jika saya menerima diri sendiri dan merasa senang dengan diri saya, saya akan bisa menerima
bahwa orang lain juga sayang pada saya. Dan akan menerima rasa sayang itu dengan baik,
ramah, dan penuh syukur. Saya tak akan bergulat dengan rasa bersalah dalam hati, "Kalau saja
kamu tahu siapa aku ang sebenarnya, kamu pasti tak akan suka lagi pada saya."
Saya juga akan menerima pujian dan komentar-komentar positif dengan rasa enak. Tidak
mencurigai orang yang memuji, "Jangan-jangan ada maunya, nih, pakai puji-puji segala."
- Mampu menjadi diri sendiri yang sejati
Jika saya benar-benar menerima diri sendiri apa adanya, saya akan memancarkan keunikan
yang hanya dapat memancar dari penerimaan diri sejati. Dengan kata lain, sebelum mampu menjadi
diri sendiri, saya harus bisa menerima diri sendiri dulu. Jika saya sakit, terluka, saya akan
mengaduh, 'Aduh!' Jika saya mencintai tau mengagumi orang lain, saya akan bersikap tulus,
menyampaikan kesukaan dan kekaguman saya dengan terbuka padanya. Saya tak akan tersiksa
dengan rasa takut salah paham atau salah tafsir.
Kesejatian, keunikan berarti saya tak perlu memakai 'topeng' ke mana-mana. Saya akan
menghadapi kenyataan dengan jujur karena saya tak perlu membuat Anda senang. Apa yang Anda
lihat pada saya, itulah yang akan Anda dapat. Kebanyakan dari kita terlalu lama memakai
topeng atau bermain sandiwara sehingga tak tahu di mana sandiwara itu akan berakhir. Dan aku
mulai menjadi diriku yang sebenarnya. Dengan menjadi diri kita yang sejati, kita akan
menjadi orang yang mempunyai rasa tulus, jujur dan perasaan selalu lega.
|
- Mampu menerima saya yang saat ini, hari ini
Saya yang kemarin adalah sejarah. Saya yang hari esok belum diketahui. Saya terlepas dari masa
lalu. Saya juga bukan hari esok yang tidak mudah dan kompleks. Saya adalah siapa saya hari
ini. Sekarang ini. Siapa saya dimasa lalu, termasuk semua kesalahan saya, sudah tidak penting.
Saya juga tidak berangan-angan tentang saya di hari esok. Jika saya hanya membiarkan potensi
saya saja yang disukai dan disayangi orang lain, kasih sayang ini tidak berguna. Kasih sayang
semacam ini hanya akan berkata, "Saya akan menyayangi kamu jika kamu jadi seperti...."
- Dapat menertawai diri sendiri dengan mudah
Terlalu serius dengan dri sendiri merupakan pertanda kita merasa tidak aman. Ada pepatah
Cina kuno yang mengatakan, "Berbahagialah mereka yang dapat tertawa kepada diri mereka sendiri.
Mereka tidak akan pernah berhenti dihibur." Orang yang mampu menertawai diri sendiri akan bisa
menerima dan mengakui kelemahan dan kebodohanya. Hanya apabila saya tahu, bahwa pada hakikatnya
saya baik, baru saya dapat mengakui bahwa saya juga punya keterbatasan. Bahkan saya bisa
menertawai keterbatasan-keterbatasan itu jika diketahui orang lain.
- Mampu mengenali dan mengurusi kebutuhan-kebutuhanya sendiri
Orang yang menerima dirinya sendiri mengenal kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan fisik,
emosional, intelektual, sosial, dan spiritual. Mengabaikan kebutuhan diri sendiri adalah
langkah bunuh diri. Saya bisa mengenali kebutuhan diri sendiri kalau saya mencintai dan
sayang pada diri sendiri. Rasa sayang ini akan membuat saya juga mampu menyayangi orang lain
secara wajar.
Orang yang menerima diri sendiri menjaga kebutuhanya agar seimbang dengan kebutuhan dan
permintaan serta tuntutan orang lain. Ia memperhatikan kebutuhan orang lain. Ia tahu akan
keterbatasan dan kebutuhanya sendiri.
- Mampu menentukan nasib sendiri
Orang yang menerima diri sendiri mengambil petunjuk dari dalam dirinya sendiri. Bukan dari
orang lain. Jika saya benar-benar bergembira dengan diri saya, saya akan melakukan apa saja
yang saya pikir baik dan selaras. Bukan menurut apa yang dikatakan atau dipikirkan orang
lain.
- Bisa berhubungan dengan kenyataan
Sikap menrima diri sendiri membuat kita tidak suka melamun atau mengkhayalkan seandainya
hidup kita seperti orang lain. Saya berurusan denga diri saya dan dengan orang lain benar-benar
seperti apa adanya. Saya tidak membuang waktu dan tenaga dengan berpikir atau mengeluh,
mengapa saya tidak seperti si ini atau si itu. Saya menyenangi hidup saya dan tidak
mengkhayalkan sesuatu yang mungkin terjadi.
- Bersikap tegas
Orang yang menerima dirinya sendiri tegas dalam menyatakan sesuatu. Saya denga tegas menyatakan
hak saya untuk dipandang secara serius. Hak untuk berpikir dan memilih. Saya tidak merasa
terpaksa mengalah atau terpaksa menjadi penolong orang yang tidak berdaya. Banyak orang enggan
bersikap tegas karena takut keliru. Kita pendam semua pendapat dan keinginan kita. Menerima diri
dengan gembira menantang kita bersikap tegas dalam menyatakan sesuatu. Menghormati diri sendiri.
Menyatakan diri secara tulus dan berani bersikap terbuka.

Sumber : Tabloid AURA
|