"Sering kali, penderita merasa takut atau malu dengan kondisi mereka,"—Lenore
"Menemui seorang pakar kesehatan mental sangat vital bagi saya untuk
belajar menghadapi dan mengatasi perubahan suasana hati yang menyertai penyakit ini,"—Lucia
"Jangan samakan penyakitnya dengan orangnya; sebaiknya, benci penyakitnya
tetapi sayangi orangnya."—D.J.Jaffe
Cobalah pandang segala sesuatunya lewat mata sang penderita, bukan dari mata Anda.
|
Hidup dengan
Gangguan Afektif
DAHULU Orang cenderung menghindari penderita gangguan afektif. Akibatnya, banyak
penderita menjadi tersisih dari masyarakat. Ada yang menghadapi diskriminasi pekerjaan.
Yang lainya dijauhi oleh para anggota keluarga mereka sendiri. Seringkali hal ini hanya
memperparah masalahnya dan mencegah orang yang sakit mendapat bantuan.
Namun dalam beberapa dekade belakangan ini, kemajuan yang besar telah dicapai dalam memahami
depresi klinis dan gangguan bipolar. Sekarang, telah diketahui dengan baik bahwa kondisi ini
bisa diatasi. Tetapi, bantuan tidaklah selalu mudah didapatkan. Mengapa?
Bagaimana jika perasaan itu terus ada selama periode waktu yang
tidak biasa—mungkin dua minggu atau lebih? Selain itu, bagaimana jika suasana hati yang
depresif menghalangi Anda untuk melakukan kegiatan secara normal, entah di tempat kerja,
sekolah, entah dalam situasi sosial. Dalam kasus demikian, langkah yang bijaksana adalah
berkonsultasi dengan pakar yang berkualifikasi untuk mendiagnosis dan mengobati gangguan
depresif.
Sewaktu ketidak seimbangan biokimia tercakup, pengobatan medis mungkin diresepkan. Dalam
kasus-kasus lain, program konseling mungkin direkomendasikan untuk membantu para penderita
belajar menghadapi kondisinya. Kadang-kadang kombinasi kedua metode tadi memberikan hasil
yang bermanfaat. Yang penting adalah mengambil inisiatif dan mencari bantuan. "Sering kali,
penderita merasa takut atau malu dengan kondisi mereka," kata Lenore, pasien bipolar yang
disebutkan di artikel sebelumnya. "Namun, yang justru paling memalukan adalah kalau Anda
merasa punya masalah tetapi tidak mencari bantuan yang sangat Anda butuhkan."
Lenore mengatakan hal itu dari pengalamanya sendiri. "Saya terbaring di tempat tidur selama
hampir setahun penuh," katanya. "Lalu, pada suatu hari, ketika saya merasa sedikit kuat
saya memutuskan untuk menelepon dan membuat janji dengan dokter." Kondisi Lenore didiagnosis
sebagai gangguan bipolar, dan pengobatan pun diresepkan. Ini terbukti sebagai titik balik
dalam kehidupannya. "Saya merasa normal sewaktu saya meminum obat," kata Lenore, "meskipun
saya harus selalu mengingatkan diri bahwa jika saya berhenti meminumnya, semua gejala lama
itu akan kembali."
Pengamatan
Seorang Suami
"Sebelum Lucia sakit, ia mempengaruhi kehidupan banyak orang dengan pemahamanya yang tajam.
Bahkan sekarang sewaktu orang-orang mengunjungi istri saya di kala ia sedang tenang, mereka
tampak tertarik oleh kehangatanya. Yang tidak disadari kebanyakan orang adalah bahwa Lucia
berubah-ubah antara ekstrem depresi dan ekstrem mania. Seperti itulah keadaan pengidap gangguan
bipolar, penyakit yang telah diderita selama empat tahun ini.
"Selama fase mania, Lucia sering terjaga sampai jam satu, dua, atau bahkan tiga pagi, dengan
banyak gagasan kreatif melintas di benaknya. Energinya meluap-luap. Ia bereaksi berlebihan
terhadap hal-hal yang sangat kecil dan menghabiskan uang secara impulsif. Ia suka menempatkan
diri dalam situasi-situasi yang paling berbahaya, merasa bahwa ia tak terkalahkan, bahwa
tak ada bahaya—secara moral, fisik, atau lainya. Sikap impulsif ini berkaitan dengan
risiko bunuh diri. Segera setelah mania, ia menjadi depresi, dengan intensitas yang sama
dengan mania tadi.
"Bagi saya, kehidupan telah berubah drastis. Meskipun Lucia sudah mendapat pengobatan, apa
yang sanggup kami capai hari ini mungkin berbeda dengan apa yang sanggup kami capai kemarin
atau besok. Hal itu berubah-ubah seraya keadaan kami berubah. Saya mendapati diri saya
dipaksa menjadi jauh lebih fleksibel dari pada perkiraan saya sebelumnya."—Mario.
|
|
|
Memenangkan Perang
Bahkan setelah diagnosis dibuat dan pengobatan dimulai, kemungkinan besar gangguan afektif akan
senantiasa menghadirkan tantangan bagi penderita.
"Lucia, yang disebutkan sebelumnya, berterima kasih atas perawatan medis yang sangat bagus
yang telah ia terima. "Menemui seorang pakar kesehatan mental sangat vital bagi saya untuk
belajar menghadapi dan mengatasi perubahan suasana hati yang menyertai penyakit ini," katanya.
Lucia juga menekankan pentingnya istirahat. "Tidur adalah kunci penting untuk menghadapi
mania," katanya. "Semakin kurang tidur, semakin meningkat gejalanya. Bahkan sewaktu saya
tidak bisa tidur, ketimbang bangun, saya telah melatih diri untuk berbaring dan istirahat."
Sheila, yang juga disebutkan sebelumnya,telah mendapati bahwa menulis buku harian bisa
membantu, karena dia bisa mencurahkan perasaannya disana. Ia melihat adanya perbaikan yang
cukup besar dalam cara pandangnya. Namun, masih ada tantangan-tantangan. "Keletihan, entah
kenapa, membuat pikiran negatif menyusup ke dalam otak saya," kata Sheila. "Tetapi saya telah
belajar untuk menekan itu atau setidaknya mengurangi volumenya."
Sewaktu Obat Diresepkan
Beberapa orang merasa bahwa meminum obat adalah tanda kelemahan. Tetapi, coba pikirkan ilustrasi
ini: Seorang penderita diabetes harus mengikuti sebuah program pengobatan yang bisa mencakup
injeksi insulin. Apakah ini tanda kegagalan? Tentu tidak! ini hanyalah cara untuk menyeimbangkan
zat gizi tubuh sehingga penderita dapat tetap sehat.
Begitu juga dengan meminum obat untuk gangguan depresif dan bipolar. Meskipun banyak orang telah
terbantu oleh program konseling yang memungkinkan mereka memahami penyakit mereka, penting
untuk berhati-hati. Sewaktu ketidak seimbangan kimia tercakup, penyakit itu tidak bisa diatasi
hanya dengan logika. Steven, seorang pasien bipolar, menceritakan, "Pakar medis yang mengobati
saya mengilustrasikannya begini: Anda bisa memberi seseorang semua pelajaran mengemudi yang
ada di dunia ini, tetapi jika Anda memberi orang itu sebuah mobil tanpa setir dan rem, semua
pelajaran itu tidak ada gunanya. Demikian pula, sekadar memberikan konseling kognitif kepada
orang yang depresi tidak akan mencapai hasil yang diinginkan. Menyeimbangkan susunan kimia otak
merupakan langkah pertama yang berharga."
|
|
|
Sebagaimana kita lihat, hidup dengan gangguan afektif menghadirkan tantangan yang unik.
Namun, bagaimana para anggota keluarga dan sahabat dapat membantu para penderita gangguan
bipolar atau depresi?
Cara Orang Lain Dapat Membantu
MUNGKIN Anda mengetahui seseorang yang menderita depresi atau gangguan bipolar.
Jika begitu, bagaimana Anda dapat memberikan dukungan? D.J.Jaffe, dari Aliansi Nasional
untuk Penderita Penyakit Mental menawarkan nasihat yang masuk akal ini, "Jangan samakan
penyakitnya dengan orangnya; sebaiknya, benci penyakitnya tetapi sayangi orangnya."
Seorang wanita bernama Susanna punya kesabaran dan kasih untuk melakukan tepat seperti itu.
Ia mempunyai sahabat yang menderita bipolar. "Ada saat-saat manakala ia tidak tahan dekat-dekat
dengan saya," kata Susanna. Sebaliknya dari meninggalkan temannya, Susanna melakukan riset
untuk mengetahui gangguan bipolar. "Sekarang," katanya, "saya sadar betapa banyaknya sikap
sahabat saya ini yang dipengaruhi oleh penyakitnya." Susanna merasa bahwa berupaya memahami
sang penderita dapat menghasilkan imbalan yang menakjubkan. "Itu dapat membantu Anda semakin
mengasihi dan menghargai sifat-sifat dia terlepas dari penyakitnya," katanya.
Apabila orang yang sakit adalah anggota keluarga, dukungan yang sepenuh hati sangatlah penting.
Mario, yang disebutkan sebelumnya, belajar hal ini sejak awal. Istrinya Lucia, yang juga
disebutkan sebelumnya, adalah pasien bipolar. "Pada mulanya," kata Mario, "saya dibantu
dengan pergi bersama istri saya ke dokternya dan dengan membaca tentang penyakit aneh ini
sehingga saya benar-benar mengenal apa yang kami hadapi. Saya dan Lucia juga banyak berbicara
kepada satu sama lain dan terus berupaya menghadapi situasi apa pun yang berkembang seraya
waktu berlalu."
Faktanya adalah bahwa dalam banyak kasus, depresi tidak akan membaik kecuali itu diobati
secara medis. Ini khususnya demikian sewaktu seseorang sangat depresi, mungkin bahkan berpikir
untuk bunuh diri. Dalam kasus seperti ini, perhatian profesional sangat penting. Namun ada
banyak hal yang dapat dilakukan untuk memberikan dukungan. Tentu saja kesabaran dibutuhkan.
Untuk membantu para penderita, berupayalah untuk berempati. Cobalah pandang segala sesuatunya
lewat mata sang penderita, bukan dari mata Anda. Jangan membebani orang itu dengan tuntutan
yang tidak masuk akal. "Sewaktu saya diterima seperti apa adanya saya sekarang," kata Carl,
yang berjuang melawan depresi, "lambat laun saya kembali merasakan hubungan yang akrab dengan
orang lain. Dengan bantuan yang penuh kesabaran dari beberapa sahabat lama, saya sanggup
membangun hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan dan menikmati banyak sukacita dalam membantu
orang-orang lain melakukan hal yang sama."
Tidak ada keraguan bahwa dengan menyediakan dukungan yang bermakna, para anggota keluarga
dan sahabat dapat memainkan peranan yang besar untuk kesejahteraan sang penderita. "Saya kira
saya sudah bisa mengendalikan kehidupan saya dengan cukup baik sekarang," kata Lucia. "Saya
dan suami saya telah bekerja keras melewati hal ini bersama-sama, dan segala sesuatunya sudah
lebih baik bagi kami."
Banyak orang yang sekarang berjuang dengan berbagai jenis penyakit mental sadar bahwa perang
dengan penyakit yang mengerikan ini adalah perang jangka panjang.
Sumber: Sedarlah!, 2004
Fhoto: www.watchtower.org
|