sivalintar   Teman Dekat Kala Gelisah





Topik Terkait :


www.watchtower.org

Langkah-langkah praktis untuk mengelola EQ:

Pertama, mengenali dan melepaskan emosi negatif.
Kedua, mengelola emosi diri sendiri.
Ketiga, memotivasi diri sendiri.












Home    Kembali

Kenali dan Kelola Emosi Anda


BARANGKALI istilah kecerdasan emosional sudah tidak asing lagi bagi kita. Bahwasanya berdasarkan penelitian kecerdasan otak (IQ) saja ternyata tidak cukup untuk mengantarkan seseorang ke jenjang sukses. Diperlukan kecerdasan jenis lain, salah satunya kecerdasan emosional (EQ).

BERBAGAI teori canggih dan njlimet tentang EQ telah banyak diperbincangkan dan ditulis para pakar. Namun bagaimana cara memelihara "mahluk" yang disebut EQ ini? Langkah-langkah praktis untuk mengelola EQ berikut bisa menjadi panduan.
Pada dasarnya, EQ adalah kemampuan kita mengenali dan mengelola segala emosi yang ada pada diri kita. EQ mencakup motivasi diri, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, kemarahan dan lain-lain) dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati dan mempu mengedalikan stres. Cakupan lainya yakni kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerja sama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi, memberi inspirasi dan sebagainya.
Yang pertama harus dilakukan untuk menjaga EQ adalah mengenali dan melepaskan emosi negatif, yakni memahami dampak emosi negatif terhadap diri kita. Anda boleh saja merasa marah maupun frustasi kerena tekanan kerja, misalnya, namun jangan pernah mau dikuasai oleh perasaan itu.
Langkah kedua yakni mengelola emosi diri sendiri. Tidak ada emosi negatif yang buruk atau baik, karena emosi sekadar sinyal bagi kita agar melakukan tindakan untuk mengatasi perasaan itu. Justru jika kita mampu mengendalikan dan mengatasi emosi itu dengan gembira maka kita cenderung akan sukses dalam berbagai hal.
Berikutnya adalah memotivasi diri sendiri. Keterampilan memotivasi diri memungkinkan terwujudnya kinerja tinggi dalam segala hal. Orang-orang yang memiliki keterampilan ini cenderung jauh lebih produktif dan efektif dalam hal apa pun yang mereka kerjakan.
Kemampuan mengenali dan mengelola emosi orang lain juga bagian penting dari EQ, karena merupakan pilar hubungan sosial. Jika dioptimalkan kemampuan ini dapat memberi efek yang dahsyat dalam arti hubungan antar pribadi, antar organisasi maupun antar korporasi menjadi kokoh dan berkelanjutan. Akan lebih mumpuni jika hal tersebut dilengkapi dengan kemampuan memotivasi orang lain, yang adalah bentuk lain dari jiwa pemimpin.
Langkah-langkah tadi berlaku secara berurutan. Mana mungkin kita bisa memotivasi diri sendiri jika kita tidak mengenali emosi kita. Selanjutnya, bukankah kita akan mempu memotivasi orang lain hanya jika kita bisa memotivasi diri sendiri terlebih dulu?

Sumber : Kompas (4/5/2004)