Topik Terkait :
Salah satu unsur yang penting dalam hubungan antar manusia, terutama antara orang tua dan
anak, adalah memahami tipe kepribadian masing masing individu. Dengan pemahaman pada
kelebihan dan kekurangan individu itu, diharapkan komunikasi bisa terjalin lebih baik.
Pengenalan tipe kepribadian akan membuat orang lebih mudah berinteraksi dengan orang lain,
sekaligus bisa lebih memahami dirinya sendiri.
Ada empat tipe kepribadian dasar yaitu: Sanguinis (kepribadian populer), Koleris
(kepribadian kuat), Phlegmatis (kepribadian damai), Melankolis (kepribadian sempurna).
"Setiap individu sebaiknya mengenali dirinya termasuk tipe kepribadian dasar yang mana, apa
kelebihan dan kekurangannya.
|
ANAK peerempuan itu merasa ibunya tak mau memahami dirinya, dan cenderung hanya menyalahkan
dia saja. Sementara orang tuanya merasa malas bicara dengan si anak untuk sementara waktu
karena merasa lelah sehabis marah-marah. Menurut ai anak, ibunya cenderung hanya memerhatikannya
saat dia di mata ibunya membuat kesalahan. Padahal, dia merasa sudah berusaha mengerjakan
kewajibanya semaksimal mungkin.
"Konflik semacam itu biasanya dimulai dari hal sehari-hari, yang bisa berkepanjangan kalau
tidak segera dicarikan jalan keluarnya. Apalagi kalau orangtua suka membandingkan kondisi
anaknya dengan anak yang lain, atau bahkan dengan dirinya sendiri saat seusia anaknya," kata
dr Aisah Dalam seminar dan pelatihan "Parenting Skill Training" di Perguruan Islam
Al-Izhar Pondok Labu, Jakarta.
Mengibaratkan orang bercermin, biasanya yang dilihat orang adalah keburukan dari dirinya di
depan cermin. Misalnya, merasa hidung kurang mancung, atau kulit tidak mulus merata. Jarang
orang memerhatikan kebaikan pada dirinya. Hal serupa biasanya juga berlaku ketika orang
melihat individu lain, entah itu teman, pasangan atau anak. Seseorang cenderung melihat
keburukan atau kekurangan orang lain, bukan sebaliknya.
Dari pengalaman sebagai konselor pecandu narkoba, Aisah mendapati bahwa salah satu unsur
yang penting dalam hubungan antar manusia, terutama antara orang tua dan anak, adalah memahami
tipe kepribadian masing masing individu. Dengan pemahaman pada kelebihan dan
kekurangan individu itu, diharapkan komunikasi bisa terjalin lebih baik.
"Personality atau kepribadian itu hanya salah satu unsur dari perilaku. Selain kepribadian,
perilaku seseorang itu juga dipengaruhi oleh fungsi yang beragam, dan lingkungan yang juga
berbeda-beda. Kalau fungsi dan lingkungan, banyak sekali variasinya, seperti pola asuh, budaya,
pendidikan agama, dan umur. Maka kepribadian itu seperti anatomi tubuh, ada wujud alamiahnya
dan unsur genetiknya," tutur Aisah yang juga menjabat sebagai Kepala Unit Narkoba RS Bhayangkara
Sekolah Lanjuntan Perwira (Selapa) Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri.
Pengenalan tipe kepribadian akan membuat orang lebih mudah berinteraksi dengan orang lain,
sekaligus bisa lebih memahami dirinya sendiri. "Dalam hubungannya dengan anak, tanpa pengetahuan
pada tipe kepribadian, bisa sering terjadi konflik, kebutuhan emosi anak tidak terpenuhi, dan
orang tua tetap pada cara membandingkan si anak dengan indipidu lain. Jadinya akan
kontraproduktif," ujarnya.
***
Mengutif beberapa penelitian di luar negeri, Aisah mengatakan bahwa unsur genetika itu tidak
hanya diturunkan orangtua pada ciri fisik anak, tetapi juga pada kepribadiannya. Jadi, kepribadian
yang muncul pada diri anak sebenarnya merupakan "cermin" dari orangtuanya.
Mencermati apa ang dikemukakan penulis asal AS, Florence Littauer, Aisah mengatakan, ada empat
tipe kepribadian dasar yaitu: Sanguinis (kepribadian populer), Koleris (kepribadian kuat),
Phlegmatis (kepribadian damai), Melankolis (kepribadian sempurna).
Masing-masing tipe kepribadian itu punya kelebihan dan kekurangan. Misalnya, orang bertipe
kepribadian Sanguinis biasanya ekspresif dan suka bicara, sedangakan orang Koleris umumnya
impulsif dan suka mengontrol. Adapun orang yang berkepribadian Melankolis biasanya menghendaki
segalanya sempurna, dan orang Phlegmatis cenderung lebih santai dan cinta damai.
"Tujuan utama orang Sanguinis adalah populer, sedang orang Melankolis suka bekerja secara
kronologis dan sempurna. Maka jangan heran kalau anak Anda ada yang suka memencet odol seenaknya
saja, sementara anak yang lain begitu rapi memencet odol mulai dari bagian ujung terdalamnya,"
ujar Aisah.
Namun ada pula individu yang berkepribadian campuran dari tipe-tipe dasar tersebut. Misalnya,
berkepribadian campuran tipe Sanguinis dan Koleris dengan ciri, antara lain mudah bergaul
dan optimistis, atau campuran antara Phlegmatis dan Melankolis yang menghasilkan individu
dengan cara bicara lembut dan tidak pemarah.
"Setiap individu sebaiknya mengenali dirinya termasuk tipe kepribadian dasar yang mana, apa
kelebihan dan kekurangannya. Setelah memahami diri, biasanya orang akan dengan mudah pula
memahami kepribadian orang lain. Dengan demikian, kemungkinan konflik bisa dijauhkan," kata Aisah.
Aisah mencontohkan, pada anak berkepribadian Sanguinis, orangtua bisa mendekatinya dengan
memberi pujian lebih dulu, baru ditunjukkan kesalahan atau kekurangannya. "kalau Anda langsung
marah-marah pada anak Sanguinis, dia akan merasa diserang. Anak Sanguinis suka dipuji, jadi
lebih efektif kalau Anda memuji dulu kelebihanya, baru tunjukkan kesalahan atau kekurangannya," tuturnya.

www.watchtower.org
Kalau anak Sanguinis suka dipeluk, anak bertipe Koleris sebaliknya. Dia akan merasa risih
dan menganggap orangtua memperlakukan bak kanak-kanak. "Anak Koleris biasanya spontan, tidak
suka hal monoton, tidak emosional, suka mengatur, dan punya komitmen tinggi," kata Aisah
menambahkan.
Sementara orang bertipe Phlegmatis cenderung suka menunda-nunda pekerjaan, tidak merasa perlu
banyak bicara, dan cinta damai. "Misalnya si ibu mengatakan A, maka anak Phlegmatis cenderung
langsung mematuhinya. Namun, untuk anak Koleris, mungkin diperlukan sikap yang lebih tegas
daripada sekedar memberitahu dia," ujarnya.
Sumber : Kompas (18/4/2004)
|