Agar bisa memahami lebih jelas artikel di atas, berikut akan aku ceritakan sebuah contoh nyata,
kisah sukses dua orang pemuda yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.
Sekitar sembilan tahun yang lalu, aku bekerja disebuah perusahaan swasta yang bergerak dibidang
agribisnis. Aku ditugaskan di bagian pemasaran dan keuangan. Tugas kerjaku mengharuskan aku
berinteraksi dan bertemu banyak orang dengan beragam watak dan karakter.
Aku suka mengamati orang-orang berkarakter unik dan menonjol.
Suatu hari kantor kami kedatangan tamu, dua orang pemuda berusia sekitar 20-an tahun
(seusiaku saat itu). Dari gaya dan penampilanya menunjukan mereka anak orang berada. Kita
sebut saja dua orang anak muda tersebut bernama Jhony dan Jaka (bukan nama sebenarnya).
Jhony dan Jaka bermaksud membeli salah satu produk perusahaan kami. Singkat kata, setelah
negosiasi antara kami dan mereka, akhirnya tercapai suatu kesepakatan jual beli dengan sistem
pembayaran kredit.
Seperti yang sudah aku jelaskan, aku suka mengamati karakter orang-orang yang aku temui.
Inilah yang yang akan jadi fokus bahasan kita.
Dalam pandanganku saat itu, kedua pemuda itu terkesan angkuh dan sombong, aku pikir, "Mentang-mentang
orang kaya, angkuh banget orang ini." Ternyata bukan aku saja yang beranggapan demikian,
teman-teman sekantorku pun mempunyai kesan yang sama terhadap kedua pengusaha muda tersebut,
kesanya angkuh dan sombong.
Benarkah kedua pemuda itu angkuh dan sombong?
Ataukah penilaian subtektif kita yang mengatakan demikian?
Kadang kita menilai seseorang hanya dari satu sudut pandang saja. Sudut pandang kebenaran kita
sendiri, kebenaran relatif yang hanya hitam dan putih. Kita sering merasa kitalah yang paling
benar, paling baik dan paling mulia, sedangkan orang lain salah, buruk dan hina.
|
Kita enggan dan begitu berat mengakui kelebihan orang lain dan mengakui kekurangan dan kelemahan
diri sendiri.
Sekarang mari kita berusaha sebisa mungkin bersikap obyektif dalam menilai orang lain, apalagi
menilai lepribadian seseorang. Kita pandang keangkuhan dan kesombongan Jhony dan Jaka dari
sudut pandang lain, sudut pandang yang positif. Kita anggap saja keangkuhanya adalah cerminan
kepercayaan dirinya yang tinggi. Mereka tak ragu dalam bersikap dan bertindak, tidak
takut salah atau keliru. Mereka percaya sepenuhnya kepada dirinya sendiri, percaya pada kebenaran
yang diyakininya dan tidak terlalu peduli terhadap penilaian (negatif) orang lain kepada mereka.
Sikap dan keyakinan dirinya itulah yang mungkin membuat mereka tampak anggkuh dan sombong
dalam pandangan orang lain.
Beberapa tahun kemudian Jhony si pemuda 'angkuh' itu telah menjadi pengusaha muda yang sukses.
Aset perusahanya telah mencapai milyaran rupiah. Tentunya semua itu dicapai berkat ketekunan
dan usaha keras dalam mengelola bisnisnya, bahkan setelah jatuh bangun dan hampir bangkrut.
Saat aku bertemu Jhoni dalam suatu kesempatan, aku melihat sosok seorang pengusaha muda sukses
yang ramah, matang dan penuh percaya diri. Tak tampak lagi kesan angkuh dan sombong dalam dirinya.
Jaka sahabat Jhony, aku dengar juga sukses dalam bisnisnya, namun akhirnya bangkrut karena kalah
bersaing dengan perusahaan besar.
Untuk apa aku menceritakan kisah ini? Apa yang bisa dipetik dari kisah ini?
Aku hanya ingin mengatakan, "Tidak berlebihan bila dikatakan, Percaya diri adalah dasar dari
segala prestasi."
Lalu, apa jadinya jika seseorang kehilangan kepercayaan dirinya? Aku pernah mengalaminya.
|