Topik Terkait :
Skizofrenia adalah penyakit yang diakibatkan gangguan susunan sel-sel syaraf pada
otak manusia.
Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si penderita.
dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berarti bagi
penderita skizofrenia.
|
Apa sebenarnya skizofrenia? Siapa saja yang bisa terkena penyakit yang menyerang otak ini?
Bagaimana penyakit ini menyerang manusia? Apa saja gejalanya? Pertanyaan-pertanyaan ini
kerap melingkupi kaum awam atau keluarga yang salah satu anggota keluarganya menderita
skizofrenia.
Menurut situs resmi www.schizophrenia.com, skizofrenia adalah penyakit yang diakibatkan
gangguan susunan sel-sel syaraf pada otak manusia.
Umumnya ada dua macam penyakit yang biasa disebut gila ini, yaitu neurosa dan psikosa.
Skizofrenia termasuk psikosa. Penyebabnya sampai kini belum diketahui secara pasti, namun
disebutkan faktor keturunan bisa menjadi salah satu penyebab.
Bahkan, faktor genetik tampaknya sangat dominan. Menurut penelitian, apabila saudara ayah-ibu
menderita skizofrenia, maka anak memiliki potensi sebesar 3% untuk mengidap skizofrenia.
Apabila ada salah satu saudara sekandung yang menderita, maka anak berpotensi menderita
skizofrenia sebesar 5%-10%.
Lantas bagaimana dengan saudara kembar? Apabila tidak kembar identik, maka potensinya 5%-10%,
sementara untuk anak kembar identik potensi menderita skizofrenia sebesar 25%-45%. Sedangkan
jika penderita skizofrenia adalah salah satu dari kedua orang tua, maka anak berpotensi sebesar
15%-20%. Skizofrenia bisa menyerang laki-laki dan perempuan. Kebanyakan perempuan yang mengidap
penyakit ini adalah mereka yang berusia 20 hingga awal 30-an tahun. Sementara pada kelompok
jenis kelamin laki-laki lebih dini, yakni akhir usia remaja hingga awal 20-an tahun.
Gejala dan Penanganan
Skizofrenia
Gejala penderita skizofrenia antara lain:
- Delusi
- Halusinasi
- Cara bicara/berpikir yang tidak teratur
- Perilaku negatif, misalkan: kasar, kurang termotivasi, muram, perhatian menurun
Penanganan:
- Sikap menerima adalah langkah awal penyembuhan
- Penderita perlu tahu penyakit apa yang diderita dan bagaimana melawannya.
- Dukungan keluarga akan sangat berpengaruh.
- Perawatan yang dilakukan para ahli bertujuan mengurangi gejala skizpofrenik dan
kemungkinan gejala psychotic.
- Penderita skizofrenia biasanya menjalani pemakaian obat-obatan selama waktu tertentu,
bahkan mungkin harus seumur hidup.
|
|
|
Dukungan Keluarga
Sangat Berarti
Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si penderita. Mereka harus
sabar menerima kenyataan, karena penyakit skizofrenia sulit disembuhkan.
Sebuah lantai tampak penuh coretan rumus matematika rumit. seorang pria dengan wajah tertunduk,
terpaku pada rumus-rumus itu. Berkat kejeniusannya, William Parcher seorang agen penting
pemerintah AS mempercayakan John Nash untuk memecahkan kode-kode rahasia yang berkaitan dengan
intelijen negara.
Langkah ini membawa Nash terlibat dalam konspirasi dan propaganda perang dingin antara
Amerika Serikat (AS) melawan Uni Soviet (Rusia). Alhasil, John Nash, pengajar di Massachuset
Institute of Technology sibuk berkutat dengan teori-teori sambil mengurung diri di kamarnya
yang penuh dengan coretan-coretan.
Belakangan baru diketahui bahwa pekerjaan Nash untuk kegiatan intelijen ternyata hanya ilusi
belaka. Dia menderita penyakit skizofrenia. Meski akhirnya bisa kembali ke rumah dan
berkumpul bersama keluarganya, Nash tidak pernah sembuh total.
Namun dukungan istri dan teman-temannya membuat dia berhasil melawan ilusi agen-agen intelijen.
Nash terus berusaha mengendalikan diri dan berdamai dengan ilusinya. Kemudian, kejeniusannya
mengantarkan hadiah nobel yang diterima pada tahun 1994. Perjuangan Nash dituangkan dalam
film A Beautiful Mind.
Di dunia ini banyak Nash-Nash lain yang terus berjuang keluar dari kungkungan penyakit
kejiwaan skizofrenia. Jumlahnya diperkirakan sekitar 1% dari seluruh penduduk dunia. Sedangkan
di Indonesia, sekitar 1% hingga 2% dari total jumlah penduduk. Mungkin tidak terlalu besar,
namun jumlah penderita skizofrenia di dunia terus bertambah.
Masalahnya banyak keluarga yang belum mengerti benar apa itu skizofrenia. Ketidakmengertian
itu melahirkan jalan pintas. Rata-rata memasukan kerabatnya ke rumah sakit jiwa. Padahal
penyakit ini bisa dikendalikan. Dengan kemauan diri yang keras dan dukungan keluarga,
penderitanya bisa hidup normal.
"Saat anak saya divonis menderita skizofrenia, saya kaget sekali. Rasanya saya ingin marah
karena anak saya dianggap gila. Sebab, dalam kehidupan sehari-hari dia terlihat normal,"
kata Suharjo, salah satu orang tua yang anaknya menderita skizofrenia.
Tetapi, akhirnya Suharjo melihat sendiri keanehan sikap anaknya. Misalnya, dia merasa terus
dimata-matai oleh tetangga, merasa mendengar suara-suara dan sebagainya. "Saya tidak mau
anak saya disebut gila. Tapi kini, dia memang sedang menjalani perawatan. Dia sungguh luar
biasa. Yidak pernah berhenti berusaha, setelah tahu dirinya menderita skizofrenia," katanya.
dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat penyembuh yang sangat berarti bagi
penderita skizofrenia. Hal itu juga dikatakan Dr L Suryantha Chandra, psikiater di sanatorium
Dharmawangsa.
Menerima kenyataan, menurut Suryantha, adalah kunci pertama proses penyembuhan atau pengendalian
skizofrenia. Keluarga harus bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak mengasingkan
penderita. Tindakan kasar, bentakan, atau mengucilkan malah akan membuat penderita
semakin depresi bahkan cenderung bersikap kasar. Akan tetapi, terlalu memanjakan juga tidak
baik
"Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri si penderita. Mereka harus
sabar dan menerima kenyataan, karena penyakit skizofrenia sulit disembuhkan. Berdasarkan
penelitian, hanya satu dari lima penderita yang benar-benar bisa sembuh total," katanya.
Meski demikian, Suryantha yang sudah lama berkecimpung menangani pasien skizofrenia mengatakan,
penyakit skizofrenia bisa dikendalikan, sehingga penderita tetap bisa hidup normal di tengah
masyarakat. "Saat ini sudah ada obat-obatan untuk mengembalikan fungsi otak, seperti
antipsikotika dan neuroleptika. Sebanyak 80% penderita berhasil sembuh atau mengendalikan
penyakitnya setelah mengonsumsi obat-obatan ini. Hanya saja, lama pemakaian tergantung
kondisi penderita itu sendiri. Ada yang setahun, lebih dari tiga tahun, atau seumur hidupnya."
Pasca perawatan, biasanya penderita akan dikembalikan pada lingkungan keluarga. Penerimaan
kembali oleh keluarga sangat besar artinya. Dalam berbicara tidak boleh emosional, agar tidak
memancing kembali emosi penderita.
Dikatakan oleh Suryantha, sampai saat ini keingintahuan masayarakat Indonesia untuk mendalami
atau lebih mengetahui penyakit skizofrenia semakin tinggi. Sayangnya, tidak diikuti penerimaan
lingkungan masyarakat atau keluarga terhadap pendertia atau mantan penderita.
***
Fhoto: www.schizophrenia.com
|