Dampak Yang Menghancurkan
Depresi memiliki dampak yang menghancurkan terhadap para remaja. Bahkan, para pakar yakin
bahwa depresi memainkan peranan yang signifikan dalam kasus-kasus remaja yang mengalami
kelainan perilaku makan. Penyakit psikosomatik, masalah di sekolah, dan penyalahgunaan
zat-zat.
Yang lebih tragis, depresi telah dihubungkan dengan kasus bunuh diri di kalangan
remaja. Menurut Institut Kesehatan Mental Nasional AS, 7 persen remaja yang menderita
depresi parah mengakhiri nyawanya. Hal itu pun bahkan tidak menyingkapkan seluruh ruang
lingkup problem itu, karena diyakini bahwa untuk setiap remaja yang mengakhiri nyawanya,
masih banyak lagi yang mencoba demikian. Jadi, sangatlah beralasan jika sebuah laporan yang
dibuat oleh Lembaga Pengembangan Remaja Carnegie menyatakan,
"Menganggap remeh problem remaja
zaman sekarang sama saja dengan mengundang bencana. Kelalaian demikian benar-benar menaruh
generasi di ujung tanduk."
Kehidupan Tanpa Beban?
Ada orang yang sulit untuk mengerti bahwa remaja dapat benar-benar depresi. 'Mereka masih
kecil,' demikian mungkin penalaran orang dewasa. Hidup mereka tanpa beban, dan mereka
tentunya tidak memiliki kekhawatiran yang dirasakan orang dewasa. Atau, apakah malah
sebaliknya? Faktanya adalah bahwa remaja menghadapi tekanan yang jauh lebih hebat daripada
yang disadari banyak orang dewasa.
|
Dr. Daniel Goleman menyatakan, "Tiap-tiap generasi yang
lahir di seluas dunia sejak awal abad ke-20 memiliki resiko lebih tinggi mengalami depresi
berat dibandingkan orang tua mereka—bukan sekedar kesedihan, melainkan juga ketidak
berdayaan yang bersifat melumpuhkan, kemurungan, perasan mengasihani diri sendiri, dan
keputusaasan yang tidak tertanggulangi—selama kehidupan mereka. Dan, episode itu dimulai
pada usia yang semakin muda."
Namun banyak orang tua mungkin keberatan. 'Kami juga pernah
muda, tapi tidak depresi, mengapa anak kami terbebani perasan negatif?' Tetapi, orang-orang
dewasa seharusnya tidak membanding-bandingkan pengalaman masa remaja mereka dengan yang
dialami remaja zaman sekarang. Lagi pula, setiap orang berbeda dalam cara mereka memahami
dunia di sekeliling mereka dan cara mereka bereaksi terhadapnya.
Di samping itu, kaum remaja
dewasa ini menghadapi tantangan yang lain lagi. "Mereka bertumbuh dalam suatu dunia yang boleh
dibilang berbeda dengan dunia orang tua mereka sewaktu masih remaja," tulis Dr. Kathleen
McCoy dalam bukunya Understanding Your Teenager's Depression. Setelah menyoroti perubahan
penting yang terjadi pada dekade-dekade belakangan ini, Dr. McCoy menyimpulkan,
"Remaja
zaman sekarang merasa kurang aman, kurang percaya diri, dan kurang optimis dibandingkan
generasi kita sebelumnya." Mengingat kian merebaknya depresi di kalangan remaja, artikel
berikut akan mengulas tiga pertanyaan ini:
- Apa saja gejala depresi remaja?
- Apa penyebab kondisi tersebut?
- Bagaimana remaja yang depresi dapat dibantu?
|
Advertisement
|